Rabu, 02 Maret 2011
Membangun Kualitas dengan Kepekaan
Oleh KH ABDULLAH GYMNASTIAR
Apapun OPINI yang berkembang tentang AA Gim, tapi apa yang ia katakan dan ia tulis dalam karya bukunya bisa membuat orang sadar dan mawas diri... Aa Gim banyak memberi motivasi.
Semoga bermanfaat....
Post Oleh: Rosi NS, S.Pd.I
Dia-lah Allah, Zat yang Mahahalus, yang senantiasa memperhatikan dengan seksama segenap makhluk-Nya. Dari yang amat luas berupa semesta jagad raya ini hingga cacing-cacing yang kecil mungil, bahkan makhluk-makhuk-Nya yang tak kelihatan oleh mata zahir manusia sekalipun. Bahkan lagi makhluk-makhluk-Nya yang tidak nampak oleh mikroskop dengan ribuan pembesaran sekalipun. Semuanya Allah pelihara, seluruhnya Allah jamin rizkinya.
Dalam Alquran Allah SWT berfirman, “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) pula (Q.S. Al-Zalzalah [
Dari kenyataan di atas, dapat kita ambil hikmah. Betapa Allah SWT mengajarkan kepada manusia agar bersikap peka, meski terhadap hal yang amat kecil sekalipun.
Sahabat sekalian…
Yang menentukan kualitas seorang manusia adalah kepekaan.
Alkisah di sebuah kendaraan yang sedang melaju menuju suatu tempat. Para penumpang merasakan suasana tidak nyaman. Apa sebab? Ternyata hanya karena hal sepele, yaitu adanya bunyi tek-tek-tek yang berasal dari mesin mobil. Suara ini terus menerus terdengar sepanjang perjalanan. Mungkin terlihat remeh, tapi betapa orang dibuat menjadi tidak betah menumpang mobil ini karena merasa terganggu oleh suara berisik itu.
Memang, sesungguhnya Islam sangat menekankan agar kita memperhatikan hal-hal kecil bahkan detail dalam hidup keseharian kita. Rasulullah SAW sendiri, tidak pernah melakukan sesuatu kecuali beliau mempersembahkan yang terbaik. Dalam hal apapun, kondisi bagaimanapun, bahkan ketika tertawa sekalipun. Salah satu penjelasan untuk menggambarkan hal ini adalah sebuah riwayat yang mengatakan: “Bila beliau tertawa, kelihatan manis sekali bagaikan butiran salju (terlihat giginya yang putih)”.
Dari riwayat ini dapat diambil pelajaran, betapa sebagai pemimpin umat yang waktunya amat padat oleh ibadah bermunajat kepada Allah, memperhatikan keluarga, dan mengurus kepentingan masyarakat, Rasulullah tetap memperhatikan kebersihan giginya. Kita dapat memaklumi bahwa senyum yang manis akan menimbulkan ketentraman, rasa sayang bahkan semangat yang membara pada orang-orang yang memandangnya. Dapat dibayangkan andaikata Rasulullah tidak memperhatikan kebersihan organ tubuh yang tampak yang kecil ini, bisa jadi para sahabat akan segan berdekat-dekat dengannya. Apalagi berlama-lama mendampingi beliau dalam perjuangan.
Sedangkan dalam hal menyembelih ayam, Islam mengajarkan agar kita menggunakan pisau yang amat tajam. Mungkin terlihat aneh, mengapa hal menyembelih hewan saja Islam menerapkan aturan yang jelas? Ini tidak lain karena untuk membangun kualitas, bukanlah dimulai dengan mempertontonkan hal-hal yang berskala besar. Tapi berawal dari memperhatikan hal-hal yang kecil dengan cara yang baik. Termasuk di dalamnya menyangkut perilaku kita pada binatang.
Karenanya, apabila kita punya sebuah toko kecil. Janganlah membayangkan segera membangunnya menjadi supermaket yang megah. Tapi mulailah dengan menata warung kita itu menjadi warung yang rapi dan bersih, buat dan jalankan manajemen dengan sebaik-baiknya, berikan pelayanan terbaik pada konsumen agar mereka terpuaskan. Sehingga sekalipun bangunannya kecil, tapi toko kita punya kualitas yang bagus di mata pembeli.
Begitu pula kalau kita menjadi pemimpin. Pemimpin yang bermutu adalah pemimpin yang memiliki kepekaan amat tinggi. Dia tidak hanya peka terhadap urusan bisnis atau kantor saja. Tapi ia juga peka terhadap hal-hal lain yang terlihat kecil. Ia mau memperhatikan kesejahteraan anggota, masa depan pensiun karyawan-karyawannya sampai kepada pendidikan anak-anak para bawahannya itu. Semuanya dia perhatikan, seluruhnya dia pedulikan dengan sungguh-sungguh. Tidak bisa tidak, kepeduliannya yang mendetail itu, akan menempatkan dia dalam kedudukan pemimpin yang amat berkualitas!
Tentang kehidupan rumah tangga, seorang suami yang berkualitas tidaklah mesti diukur dari besarnya penghasilan yang dia berikan untuk menafkahi istrinya. Kualitas dia sebagai suami dapat terlihat dari seberapa besar perhatiannya terhadap kecapean istri. Yang sejak pagi hingga malam bekerja keras mengurus rumah, yang dari bangun tidur hingga tidur lagi memutar otak mengeluarkan tenaga buat mendidik anak-anak. Kualitas sang suami dapat terukur dari kehalusan ucapannya, atau bahkan dari bentuk oleh-oleh yang dibawanya untuk sang istri. Meskipun oleh-oleh itu harganya tidaklah seberapa.
Sebaliknya, sekalipun segala kebutuhan pakaian, makanan, dan rumah dipenuhi, bisa jadi dia tidak menjadi suami berkualitas di mata sang istri, misalnya, karena senang berbicara keras. Padahal istrinya amat mudah tersinggung dengan perkataan berintonasi tegas.
Sebuah rumah, sekalipun berada dikawasan elite, dirancang dengan amat canggih, menggunakan porselen-porselen terbaik dari Cina, namun ia tidak akan berkualitas andaikata halaman depannya ditumbuhi rumput yang tak terawat. Tumbuh sembarangan tak beraturan.
Sebuah jaket kulit, kualitasnya akan tinggi bukan melulu dilihat dari bahannya, namun ia akan bermutu tinggi apabila setiap jahitannya rapi hingga kepada lipatan yang paling tersembunyi sekalipun. Meja yang terbuat dari jati paling kokoh sekalipun, ia akan berkualitas buruk apabila pemahatnya hanya memperhatikan ukiran bagian tengah. Namun sudut-sudutnya dibiarkan kasar tak karuan.
Dalam hidup keseharian, betapa sering orang merasa gemas ketika menerima kartu undangan. Memang bentuknya bagus, hiasannya indah, harum pula baunya. Namun mereka menjadi kesal hanya gara-gara hal kecil, satu hurup dari namanya salah ketik, misalnya.
Untuk menutup ulasan kita kali ini, sebuah pesantren di sebuah kota yang terkenal dengan kesejukannya, dikenal pula dalam kebersihan lingkungannya. Banyak yang berdecak-kagum karenanya. Namun, ketika pimpinannya berhaji dan tiba di kota Madinah, ternyata ketika melihat jalan-jalan di kota Madinah ini, betapa ia terperangah. Disana, jalan disapu bukan dengan lidi, namun dengan menggunakan sikat. Karenanya, jangankan batu, kerikil yang amat kecil sekalipun, bahkan goresan debu saja akan tampak jelas di mata. Di mesjid, Mesjid Nabawi, Alquran disusun dengan ketinggian yang sama.
Ternyata, semakin detail, semakin rapi dalam hal-hal yang kecil, maka inilah yang disebut kualitas. Keadaan jalan dan Mesjid Nabawi di Madinah, seperti yang diuraikan di atas, inilah yang disebut kualitas. Jauh lebih berkualitas dibanding lingkungan pesantren yang dipimpinnya. Keadaan Madinah ini dapat diterapkan pada kondisi pembicaraan kita kali ini.
Disamping itu, orang-orang yang berkualitas sangat meraba perasaan orang yang diajaknya berbicara. Sebab dia sadar pembicaraan yang keluar seenaknya maka kata-katanya tidak akan berkualitas. Akan menjadi omongan hampa tanpa arti. Bahkan bisa jadi menyakitkan hati yang mendengarnya. Sebaliknya, ucapannya diukur benar ketepatannya, diperhatikan kesesuaian intonasinya, dijaga benar-benar dari kemungkinan menyinggung perasaan orang lain. Pembicaraan seperti ini, maka akan menanamkan kesan yang amat dalam pada benak lawan bicara.
Lebih jauh dari itu, orang yang berkualitas tidak hanya menjaga kebaikan ucapannya. Bahkan ia pun memperhatikan betul niat dibalik ucapannya. Hingga kata-kata yang keluar mulutnya akan menjadi sangat bermutu tinggi. Sebagaimana jalan-jalan di Madinah tadi, yang debu pun akan terlihat jelas saking bersihnya. Maka, ucapannya pun akan menjadi sangat berkualitas karena terjaga dari hal-hal kecil yang merusak, dari hal-hal kotor meskipun yang hanya berupa lintasan-lintasan hati yang kurang baik.
Semoga Allah melindungi kita dari perilaku mengabaikan hal-hal yang tampak sepele. Mudah-mudahan kita dapat mengikuti teladan Rasulullah, yang selalu memperhatikan hal-hal yang tampak kecil. Hal-hal kecil yang menyebabkan beliau menjadi pribadi besar sepanjang zaman. ***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar