Rabu, 02 Maret 2011
Mengikis Malas dengan Disiplin
Oleh KH ABDULLAH GYMNASTIAR
Apapun OPINI yang berkembang tentang AA Gim, tapi apa yang ia katakan dan ia tulis dalam karya bukunya bisa membuat orang sadar dan mawas diri... Aa Gim banyak memberi motivasi.
Semoga bermanfaat....
Post Oleh: Rosi NS, S.Pd.I
SEGALA puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tercurah selalu bagi Rasulullah Saw panutan kita, pribadi mulia yang menjadi jalan untuk membangunkan dan menuntun hati nurani kita menjadi cahaya bagi segala perbuatan mulia.
Hidup adalah untuk berprestasi yang bermakna bagi dunia dan berarti bagi akhirat nanti. Untuk itu kita harus mampu memanfaatkan semaksimal mungkin waktu yang ada agar tidak terbuang sia-sia. Untuk menjadi orang yang berprestasi, setidaknya ada dua hal yang harus kita perhatikan, yakni:
1. Selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjaga nama baik, karena nama baik akan membentuk citra positif bagi kita di masyarakat sehingga orang lain mau membuka diri dan bekerja sama dengan kita.
2. Selalu berusaha sekuat tenaga untuk menambah wawasan dan mengembangkan keilmuan. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, mengenal, memahami, dan mengamalkan sesuatu hal yang bermanfaat bagi kita dan orang lain, usia yang terus bertambah bukan menjadi halangan bagi seseorang untuk terus meningkatkan kualitas diri. Dan mandiri dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi.
Oleh karena itu, bagi orang-orang yang tidak pernah memperhitungkan nama baik dengan bersikap tidak jujur, licik, janji tidak ditepati, tidak disiplin, berdusta dan berkhianat, maka hal tersebut akan merugikan diri sendiri dan dengan sendirinya akan menghancurkan kredibilitas kita di masyarakat sehingga kehadiran kitapun tidak akan diperhitungkan.
Sudah menjadi suatu keharusan bagi siapapun untuk terus menerus menggalang potensi kekuatan yang ada pada dirinya. Hal tersebut akan terlaksana apabila kita mulai menerapkan kedisiplinan pada diri sendiri. Untuk memaksimalkan potensi diri, kita harus berniat untuk terus belajar dan mengembangkan diri, membiasakan diri untuk tidak bergantung pada orang lain dan selalu berusaha untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan.
Kita harus selalu berusaha untuk mengoptimalkan kemampuannya dengan seluruh daya upayanya sehingga menjadi manusia unggul yang selalu berkarya dengan diiringi amar ma'ruf nahi munkar. Setiap manusia berpotensi untuk menjadi orang yang profesional di bidangnya.
Untuk itu haruslah ditegakkan disiplin tinggi dalam ibadah, disiplin dalam waktu, disiplin dalam ketertiban, disiplin dalam menjalankan peraturan dan tugas serta hal-hal lainnya yang positif. Sungguh siapapun yang tidak memiliki disiplin dalam melaksanakan suatu program, tidak akan ada maknanya dan tidak akan bermanfaat bagi dirinya apalagi bagi orang lain.
Kita harus bermental baja, pantang menyerah, pantang mengeluh dalam menghadapi hambatan apapun, tidak melakukan suatu pekerjaan dengan setengah-setengah, selalu berusaha melakukan yang terbaik, antisipatif terhadap perubahan dan selalu siap menyikapi perubahan. Jadikan hari kita sebagai hari-hari berkualitas, berharga tinggi di depan Allah, jam demi jam maupun detik demi detik berharga sangat tinggi di hadapan Allah. Oleh karena itu tidak patut kita bermalas-malasan atau melakukan sesuatu yang sia-sia.
Berbicara tentang kemalasan, maka bukan berbicara tentang kurang pengetahuan. Dia tahu tapi tetap tak melakukan hal yang semestinya dilakukannya karena enggan atau malas itulah, dan kerugian yang timbul pun bukan main-main bisa jadi sampai hilang nyawa. Pengangguran yang malas mencari nafkah atau malas bekerja keras, benar-benar dapat menjadi beban pemborosan, karena walaupun menggangur dia tetap harus menguras dana untuk makan, minum, tempat berteduh, mandi, listrik, air ledeng dan sebagainya.
Padahal kalau dia mau saja keluar dari rumahnya dengan niat dan tekad untuk bekerja keras mencari nafkah niscaya akan seperti burung yang keluar dari sangkarnya dan kembali membawa cacing untuk makan keluarganya, jadi bukan karena tidak ada jatah rizkinya melainkan malas menjemput jatahnya. Dan kalaupun memang belum waktunya, jadilah pribadi yang sanggup berhemat dan tidak menjadi beban.
Ada seorang pemuda, malah mahasiswa, mempunyai motor yang bagus tapi dia malas sekali untuk memarkir kendaraaya di tempat semestinya. Merasa lebih mudah menyimpan di depan pintu kostnya dan diapun malas untuk repot-repot menggunakan rantai pengaman. Di ujung kisah ini sudah bisa ditebak, kemalasan seperti ini adalah memberi kemudahan bagi para maling untuk melakukan aksinya. Malas mengeluarkan waktu dan tenaga yang tak seberapa dan hasilnya lenyaplah berjuta-juta hasil tabungan orang tuanya plus masih harus nyicil sisanya.
Kisah lainnya, tentang safety belt atau sabuk pengaman. Karena merasa sudah terbiasa tak menggunakan dan juga malas memakainya, maka pak Fulan sang boss sebagi pemilik mobil mewah harus memikul derita menyedihkan, yaitu tatkala ada mobil orang lain yang hilang kendali sehingga menabrak mobilnya tanpa bisa dihindarkan. Akibatnya, selain harus berbaring di rumah sakit berbulan-bulan karena gegar otak dan patah tulang tangan dan kakinya yang tentu mengeluarkan biaya mahal, juga tak dapat bekerja dengan baik yang menghilangkan kesempatan bisnisnya serta silahkan hitung jenis kerugian lainnya.
Hal yang berbeda tidak dialami sang supir yang walaupun pendidikannya hanya sekolah dasar tapi selalu berusaha tertib, disiplin dan tidak mengenal malas untuk menyempurnakan kewajibannya. Sang supir selamat karena menggunakan sabuk pengaman dengan baik dan juga tidak pernah malas untuk berdoa meminta perlindungan kepada Allah yang menguasai segala kejadian, Tak pernah malas untuk berzikir sepanjang jalan, juga tak pernah malas untuk bersedekah, bukankah sedekah adalah penolak bala.
Silahkan renungkan sendiri perkara kemalasan lainnya. Misalnya malas mandi, maka bersiaplah untuk berpanu ria. Malas mengerjakan tugas dan belajar maka bersiaplah untuk tidak naik kelas. Malas ngantor maka bersiaplah untuk dirumahkan, malas ibadah maka bersiaplah untuk mendapatkan penderitaan dunia akhirat, naudzubillah. Bukankah tugas kita di dunia ini untuk beribadah? Percayalah tidak ada jalan kesuksesan bagi pemalas yang malang. Maka, marilah kita lawan dengan segenap tenaga, dobrak, bagai buldozer menggempur penghalang. Yakinlah bahwa kita sanggat sanggup melawan kemalasan yang merugikan dan menghinakan itu dengan mudah asalkan mau memulainya dengan belajar mendisiplinkan diri dalam segala hal. Selamat menikmati hasilnya!. Wallahu’alam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar